Thursday, September 23, 2010

Dia (istrimu) adalah partnermu

Banjarmasin, 12 Mei 2010

Bismillahirrahmanirrahim…

Pemikiran seorang hamba yang sedang belajar mengenali arti kesabaran dan menekan egoisme

Bahwasanya setiap insan mempunyai potensi kesabaran dan egoisme dalam dirinya. Hanya saja kadarnya berbeda dan tergantung bagaimana potensi itu diberdayakan. Semoga kita adalah orang-orang yang mampu mengelola kesabaran dan menekan egoisme dalam diri kita.


Bagaimana seharusnya… Seorang istri harus mampu bersabar dan mengendalikan egonya.

Istrimu adalah partnermu, dia tidak akan berjalan didepanmu, melainkan berjalan disampingmu, mendampingimu, meski selangkah dibelakangmu, tapi ia akan berusaha mengimbangimu, mengimbangi emosimu, mengimbangi egomu, mengimbangi ketidaksabaranmu.

Istrimu adalah sahabatmu, dia tak akan meninggalkanmu, melainkan selalu mendengarkanmu, mendengar semua keluh kesahmu, masalahmu, kemarahanmu, meski terkadang kau abaikan curahan hatinya di sela-sela kesibukan kerjamu.

Istrimu adalah kunci rumah tanggamu, dia yang memanajemen rumah tangga, sejak kau bangun tidur hingga kau terlelap, membesarkan dan mendidik buah hatimu dari buaian hingga remaja, meski lelah, meski letih. Ia yang menjaga harta dan kehormatanmu didepanmu maupun dibelakangmu.

Istrimu adalah pelindung kalbumu, yang selalu mendoakanmu dalam sujud panjangnya, bahkan di tengah malam saat kau terlelap tidur, ia bangun untuk bersujud dan meminta pada Rabb-mu agar senantiasa melindungimu.

Terkadang apa yang dikorbankannya, tak terlihat oleh matamu, kesabarannya dipandang biasa olehmu, pengabdiannya seumur hidup tak perlu pengakuan darimu, hanya kesabarannya yang luar biasa membuatnya mampu bertahan dalam kondisi apapun. Ia akan mendampingimu saat kau jaya, maupun saat kau tak berdaya.

Diberikan oleh Tuhan kekuatan dan kesabaran dibalik hati lembutnya, untuk bisa qona’ah menerima apapun yang telah diberikan tanpa banyak menuntut pada suaminya. Kesabaran mempertahankan komitmen rumah tangga, yakni janji atas nama Rabb-mu, meski terkadang kesabarannya itu diuji dengan hardik kerasmu, emosimu, bahkan jika kau bagi kasihmu dengan saudarinya seiman (poligami : read).

Istrimu adalah wanita yang mampu menekan egonya, ia mengalah hanya untuk menyenangkan hatimu. Meski itu harus mengorbankan kesenangannya sendiri. Ia tak minta dipuji, ia tak minta limpahan harta. Yang diinginkannya adalah kasih sayangmu dan jaminan rasa aman disampingmu.

Air mata dipandang lemah oleh lelaki, tapi itu bukan tanda kelemahan, hanya tanda kelembutan hati. Tuhan ciptakan air mata, sebagai sarana bagi para wanita untuk mencurahkan perasaannya, baik itu perasaan sedih maupun air mata bahagia. Karena Tuhan tahu kebutuhan hamba-Nya, terutama para wanita karena dipundaknya dibebankan tanggung jawab yang besar dalam generasi mendatang.


Kukirimkan kekalutan hati yang bergejolak pada angin malam,

Kuhanyutkan luka hati pada sungai yang mengalir deras,

Kusisipkan egoku pada perahu yang berlayar di samudera terluas

Agar semua tak lagi menghantuiku

Kusematkan cinta pada sayap kupu-kupu yang beterbangan,

Agar disampaikannya pesan cinta kasih pada bunga-bunga yang dihampirinya,

Kuikatkan rindu pada tambatan dermaga ridho-Nya,

Agar tetap nama-Nya yang terucap oleh lisan,

Tersimpan dikalbu,

Mengalir dalam aliran darahku,



Perbedaan Komunikasi antara Pria dan Wanita

Banjarmasin, 16 Mei 2010


Pria lebih mengandalkan logika dan pikiran, sementara wanita lebih mengandalkan emosi dan perasaan.

Seorang pria merasa tak perlu sesering mungkin menyatakan perasaan pada pasangannya. Ia berharap pasangannya sudah tahu bagaimana perasaannya. Mungkin hubungan sudah berjalan selama 1 tahun dan ia lupa mengingatkan pasangannya betapa ia mencintainya, tapi ia merasa hubungannya baik-baik saja tanpa harus sesering mungkin mengungkapkan rasa sayangnya.

Sementara wanita perlu dijejali berkali-kali dengan ungkapan-ungkapan sayang (mungkin itulah mengapa wanita mudah termakan rayuan). Telinga wanita sangat haus ungkapan sayang itu. Dalam hubungan yang sudah berjalan lama, jika si wanita sudah lama tak mendengar ungkapan sayang dari pasangannya, bisa dipastikan ia akan bertanya-tanya dalam hati. “Apakah dia sudah tidak sayang lagi? Jangan-jangan ada wanita lain”. Dan prasangka pun muncul. Tidak diragukan lagi, jika mendengar ungkapan sayang dari pasangannya, yang mungkin sudah bertahun-tahun tak didengarnya, pasti ia akan terharu, dan menitikkan air mata, seolah-olah menemukan kembali pasangannya yang dulu.

Para pria mungkin berpikir, mengungkapkan perasaan sayang setiap saat adalah pemborosan. Baik itu pemborosan kata-kata, maupun uang. Mereka lebih suka melakukan hal-hal lain yang lebih penting dan bermanfaat ketimbang membeli seikat bunga dan meletakkannya di meja kerja pasangannya.

Tapi beda halnya dengan wanita. Kaum hawa ini merasa ingin terus menerus diyakinkan bahwa pasangannya masih mencintainya. Jika tidak, maka itu akan menjadi beban pikirannya karena muncul kebimbangan akan keseriusan pasangannya.

Jika seorang pria memikirkan pasangannya, itu hanya sebagian kecil dari hidupnya. Pada umumnya, pria lebih cenderung mencurahkan perhatian pada hobi, karir, kepuasan kerja maupun aktualisasi diri. Jangan heran jika pria lebih banyak diam daripada bicara, dan jika ia sedang fokus pada suatu hal (membaca majalah otomotif, nonton bola, atau kesibukan lainnya) jangan berharap mendapat perhatian darinya. Pria lebih cenderung fokus daripada multitasking. Buat para wanita, jangan jengkel saat pasangan anda cenderung mengabaikan anda saat ia sedang fokus pada hobinya. Pria tak suka diganggu saat ia sedang fokus. So…duduk manis, jadilah pendengar atau penonton yang baik, jadilah partnernya yang siap membantu kapanpun ia butuh bantuan.

Berbeda dengan wanita yang bisa melakukan banyak hal sekaligus. Wanita bisa memasak sambil mendengar musik, membaca majalah, bahkan mengurus anak (Hmm… ^^). Mungkin itu karena secara kodrati wanita didesain untuk beraktivitas dirumah dan melakukan pekerjaan rumah tangga.

Wanita suka bicara. Meski pembicaraannya lebih banyak mengandung hal-hal yang tidak penting. Wanita tidak suka menyimpan masalah sendirian. Ia akan bercerita banyak kepada pasangannya apa yang dilakukannya hari ini, tentang masalahnya, hal-hal yang menyenangkan hari ini, dan sebagainya. Wanita akan menuntut pasangannya untuk mendengarkan semua ceritanya. Wanita bercerita hanya untuk sharing, bukan untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu ia bercerita berdasarkan perasaan dan suasana hatinya. Wanita akan stress jika tak bisa menyalurkan kebutuhannya untuk bercerita. Oleh sebab itu jika pasangannya terlalu sibuk untuk mendengarkannya, ia akan mencari tempat bercerita. Bisa kepada sahabatnya, maupun bercerita di forum jejaring sosial (itulah mengapa sebagian besar pengguna facebook adalah wanita).

Jika seorang wanita memikirkan pasangannya, itu akan menyita seluruh hidupnya, menyita seluruh pikirannya, emosi dan perasaannya. Mungkin ini karena wanita berasal dari tulang rusuk seorang pria, yang berarti bahwa wanita adalah bagian dari seorang pria.

Pria dan wanita mempunyai peran yang berbeda dalam rumah tangga, oleh sebab itulah diperlukan rasa saling pengertian dan memahami peran masing-masing. Sehingga tidak terjadi disintegrasi dalam keluarga disebabkan kedua pihak sama-sama mengedepankan ego. Secara naluriah, ego pria lebih tinggi, dan kesabaran wanita lebih tinggi. Oleh sebab itu, hendaknya pria dan wanita saling mengisi kekurangan masing-masing, dan saling mengenal pribadi lebih mendalam, karena itulah yang akan menjadi pijakan dalam menyikapi masalah yang muncul kemudian hari.

Pria dan wanita adalah ciptaan Tuhan yang unik. Pria berperan diluar rumah untuk bekerja mencari nafkah, dan menjadi kepala rumah tangga. Wanita berperan didalam rumah untuk menjadi ibu rumah tangga.

Dari Mu’awiyah Al-Kusyair. Ia berkata : “Saya bertanya kepada Rasulullah. Wahai Rasulullah, apakah hak seorang istri terhadap suami?” Rasulullah menjawab : “Engkau memberi makan kepadanya apa yang engkau makan. Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian. Dan janganlah engkau pukul mukanya dan jangan engkau memisahkannya kecuali dalam satu rumah”

Bagaimana jika wanita berkarir?

Seorang wanita boleh keluar rumah untuk bekerja jika mendapat izin dari suaminya, akan tetapi tidak meninggalkan tanggung jawab dalam rumah tangga yakni mengurus rumah dan merawat anak-anak. Ia tidak boleh meninggalkan rumah tanpa izin suaminya, karena ridho Allah adalah ridho suaminya.

Dalam filosofi Jawa. Seorang wanita memakai sanggul di kepalanya, maksudnya, seorang wanita juga harus berpikiran maju dan memandang ke masa depan. Seorang wanita memakai kain, sehingga berjalan agak susah, maksudnya, seorang wanita boleh keluar tetapi tidak boleh meninggalkan tanggung jawab sebagai istri.