Sunday, December 18, 2011

Anak Kecil Penjaja Koran

Banjarmasin, 5 Agustus 2011


Ini adalah kejadian yang saya alami ketika membayar kreditan Adira Finance di sebuah kantor pos.

Di tangga masuk kantor pos, seorang anak laki-laki kecil duduk menjajakan korannya. Saya yang baru saja menuruni tangga, dipanggilnya, “Bu,koran bu”

Hmm, mungkin tampang saya mirip ibu-ibu. Tak apalah, mungkin saya mirip ibu gurunya (hehe).

Saya berbalik lalu tersenyum, “Berapa?”

“Tiga ribu”

Sebenarnya 3 detik yang lalu otak saya menyimpulkan bahwa saya sedang tidak butuh koran. Tapi tangan saya bergerak berlawanan, merogoh tas.

“Kasian, mungkin belum laku dari tadi” gumam saya dalam hati.

“Masih sekolah? Kelas berapa?” tanya saya lagi.

“Masih bu, kelas 4”

“Owh...” saya manggut-manggut. “Kembaliannya buat jajan”

“Makasih bu”

Sepanjang perjalanan pulang, saya merenungkan. Seorang anak kelas 4 SD berjualan koran. Entah itu untuk membantu orang tua mencukupi biaya hidup, sekolahnya, atau sekedar untuk jajan. Apapun alasannya, saya lebih menghargai ini, ketimbang (maaf) anak-anak yang berkeliaran di pusat keramaian, menadahkan tangan meminta-minta. Seringkali anak-anak ini dijadikan alat oleh orang tertentu untuk keuntungannya sendiri. Lebih ironis lagi jika anak-anak ini justru diajari oleh orang tuanya untuk meminta-minta, dengan alasan membantu orang tua. Lagi-lagi karena himpitan ekonomi yang semakin mencekik leher.

Tentunya dalam hal ini anak-anak tak berdosa yang menjadi korban kebiasaan buruk orang dewasa disekitarnya. Kebiasaan meminta-minta dikhawatirkan merusak mental anak-anak, sehingga sampai dewasa tumbuh menjadi pribadi yang pemalas dan enggan berusaha karena terbiasa “disuapi”.

Alangkah baiknya jika generasi muda kita mempunyai semangat tinggi untuk berusaha, bukan menunggu dan berpangku tangan seolah-olah nasibnya ada di tangan orang lain.

Yang penting adalah dari dalam diri kita masing-masing, mempunyai motivasi tinggi untuk berusaha dan berdoa.

Fenomena yang sangat nyata dalam kehidupan kita, jika kita berkenan membuka mata.

No comments:

Post a Comment